Minggu, 03 Juni 2018

RESENSI NOVEL "BELENGGU"



IDENTITAS BUKU

Judul Buku                             : Belenggu
Pengarang                              : Armijn Pane
Angkatan                               : Angkatan 30 atau Pujangga Baru
Nama Penerbit                        : Dian Rakyat
Cetakan Ke-                           : 23Jumlah
Halaman                                  : 160
Sampul                                    : Putih dan Coklat Muda
Nama Pelaku Utama               : Sukartono, Sumartini dan Siti Rohayah
Nama Pelaku Sampingan        : Hartono, Mardani, Karno, Abdul, Nyonya Rusdio


  
PENDIDIKAN PENGARANG

 Armijn Pane mengawali pendidikannya di Hollandsislandse School (HIS) Padang Sidempuan dan Tanjung Balai. Kemudian masuk Europese lagere School (ELS), yaitu pendidikan untuk anak-anak Belanda di Sibolga dan Bukittinggi. Pada tahun 1923 menjadi Studen Stovia (sekolah kedokteran) di Jakarta. Sayang sekolahnya tidak dilanjutkan, kemudian tahun 1927 ia pindah ke Nederlands-Indische Artsenschool (Nias) ‘sekolah kedokteran’ (Nias) yang didirikan tahun 1913 di Surabaya. Jiwa seninya tidak dapat dikendalikan sehingga ia kemudian masuk ke AMS bagian AI jurusan bahasa dan kesusastraan di Surakarta hingga tamat tahun 1931.

Dalam dunia pendidikan ia juga tercatat sebagai guru bahasa dan sejarah di perguruan Taman Siswa, baik di Kediri maupun di Jakarta. Oleh karena itu salah seorang tokoh Taman Siswa, Pak Said, atas nama seluruh warga Taman Siswa menyampaikan penghargaan atas jasa almarhum dalam upacara pemakamannya.
Apakah pengalamannya sebagai studen kedokteran (Stovia) di Jakarta dan Surabaya melatarbelakangi ciptaannya yang tokoh-tokohnya dokter, seperti dr. Sukartono dalam novel Belenggu dan dr. Abidin dalam drama “Antara Bumi dan Langit”. Dalam kedua cerita itu tidak tampak hal-hal yang mendasar tentang ilmu kedokteran yang dimiliki tokoh, yang disajikan hanya wajah dan perilaku tokoh dokter secara permukaan. Hal ini mungkin saja karena ia sekolah kedokteran tidak sampai tamat sehingga tidak sampai menghayati segalanya yang berhubungan dengan ilmu itu. Ternyata, memang Armijn Pane bukan tertarik oleh dunia kedokteran, melainkan tertarik oleh dunia seni. Untuk itu ia mampu menamatkan pendidikannya di AMS AI (Jurusan Kebudayaan Timur) di Solo.


Sinopsis Novel

 Sukartono adalah seorang Dokter yang menjunjung tinggi pekerjaannya. Dia sangat bangga dan mencintai profesinya yang bekerja sebagai Dokter. Dia bekerja sangat disiplin tanpa kenal lelah demi pasiennya. Dia juga seorang Dokter yang sangat dermawan karena sering membebaskan bayaran bagi pasiennya yang kurang mampu.Dokter Sukartono mempunyai banyak pasien karena sifatnya yang ramah, pintar dan siap menolong orang kapan saja.Bagi Dokter Sukartono pekerjaannya lebih mulia dibandingkan dengan istrinya. Akibat dari kesibukannya itu, Dokter Sukartono sering tidak memperhatikan istrinya. Dokter Sukartono tidak bahagia hidup bersama istrinya yang bernama Sumartini, biasa dipanggil Tini. Karena Tini lebih suka menghabiskan waktunya untuk berorganisasi daripada mengurus rumah tangganya. Sumartini juga sering keluar rumah karena dia tidak betah dengan kesendiriannya. Sumartini merasa harga dirinya dilecehkan. Sebenarnya mereka tidak pernah mencintai satu sama lain. Mereka menikah karena memiliki alasan masing-masing. Dokter Sukartono menikahi Sumartini karena kecantikan parasnya dan kepandaiannya. Sementara itu, Sumartini menikah dengan Dokter Sukartono karena ingin melupakan kehidupan masa lalunya dengan Hartono yang sampai sekarang masih dicintainya. Hartono adalah teman baik Dokter sukartono.

Tidak lama setelah membina rumah tangga, ternyata kehidupan mereka tidak harmonis. Mereka saling bertengkar bahkan saling diam tanpa komunikasi. Mereka berdua selalu bersikap dingin dan tidak suka bertukar pikiran. Ternyata pengabdian Dokter Sukartono pada pekerjaanya telah membuat dia lupa pada kehidupan rumah tangganya. Sumartini merasa diabaikan dan beranggapan bahwa suaminya lebih mencintai pekerjaan daripada dirinya, sampai-sampai tidak pernah ada waktu komunikasi dalam rumah tangga. Hari-hari mereka sering dilalui dengan pertengkaran. Sumartini merasa tidak memiliki hak di hadapan Dokter Sukartono. Itulah yang memicu pertengkaran di antara mereka, sepertinya tiada hari yang dilalui tanpa pertengkaran.
Waktu pun berlalu, suatu hari Dokter Sukartono menerima telepon bahwa ada seorang pasien yang sakit keras. Dokter Sukartono diminta untuk menemui pasiennya di hotel. Dokter Sukartono pun memenuhi panggilan pasiennya tersebut. Setelah sampai di hotel, Dokter Sukartono kaget bahwa pasiennya adalah Rohayah. Rohayah adalah teman sekolah dan sahabat masa kecil Dokter Sukartono. Rohayah menceritakan bahwa di dipaksa menikah oleh orang tuanya. Dia tidak cocok hidup denga suaminya. Akhirnya dia pindah ke Jakarta dan memutuskan untuk menjadi janda. Sebenarnya Rohayah secara diam-diam mencintai Dokter Sukartono. Itulah yang membuatnya mencari keberadaan Dokter Sukartono. Rohayah berpura-pura sakit agar dapat bertemu dengan Dokter Sukartono.
Semenjak itu, Dokter Sukartono sering bertemu dengan Rohayah. Setiap pertemuan mereka, Rohayah selalu melancarkan serangannya dengan memberikan rayuan-rayuan kepada Dokter Sukartono. Pada awalnya Dokter Sukartono tidak terpengaruh dengan rayuan Rohayah karena dia sadar bahwa dia sudah mempunyai istri. Walaupun mereka sering bertengkar namun jauh di lubuk hati Dokter Sukartono dia sangat mencintai Sumartini. Begitupun sebaliknya, Sumartini juga mencintai Dokter Sukartono. Tetapi, lama-kelamaan Dokter Sukartono terpengaruh dengan rayuan Rohayah. Kebahagiaan mulai datang semenjak Dokter Sukartono bertemu dengan Rohayah. Dokter Sukartono merasa bahwa dengan Rohayah dia bisa menemukan ketenangan hatinya yang tidak bisa dia peroleh bersama Sumartini. Kebahagiaan yang dirasakan Dokter Sukartono tidak berlangsung lama.  Kedekatan antara Dokter Sukartono dengan Rohayah akhirnya diketahui oleh Sumartini. Sumartini datang menemui Rohayah di hotel tempat Rohayah menginap. Dia sangat marah dan jengkel kepada  Rohayah karena sudah merayu Dokter Sukartono sehingga Dokter Sukartono sampai jatuh hati kepada Rohayah. Padahal Dokter Sukartono sudah mempunyai istri. Sesampainya di hotel, perasaan marah Sumartini luluh karena kelembutan hati dan keramahan Rohayah.
Setelah pulang dari hotel tempat Rohayah menginap, Sumartini berintropeksi diri. Sumartini menyesal karena selama ini ia kurang perhatian kepada Dokter Sukartono. Sumartini merasa bukan istri yang baik. Dia merasa telah berlaku kasar kepada suaminya dan tidak pernah memberikan rasa kasih sayang yang tulus seperti yang diinginkan oleh Dokter Sukartono. Peristiwa di hotel itu membuat Sumartini sadar diri. Sumartini merasa gagal menjadi seorang istri. Akhirnya, Sumartini memutuskan untuk berpisah dengan Dokter Sukartono. Bahkan Sumartini berharap agar Rohayah bersedia menjadi istri Dokter Sukartono. Niat tersebut disampaikan kepada Dokter Sukartono. Pada awalnya Dokter Sukartono tidak menyetujui keputusan Sumartini. Dokter Sukartono berharap Sumartini masih mau menjadi istrinya. Karena Dokter Sukartono sangat mencintai Sumartini. Bahkan Dokter Sukartono juga akan berusaha mengubah hidupnya untuk lebih perhatian kepada Sumartini. Tetapi, keputusan Sumartini sudah bulat. Akhirnya Dokter Sukartono tidak kuasa untuk mencegahnya, mereka pun secara resmi berpisah. Sumartini memilih pergi ke Surabaya untuk mengabdi di sebuah panti asuhan yatim piatu. Akibat perceraian ini hati Dokter Sukartono sangat sedih. Lebih sedih lagi ketika Dokter Sukartono menghadapi kenyataan bahwa Rohayah telah meninggalkan dirinya. Yang dijumpai Dokter Sukartono hanyalah sepucuk surat yang membuktikan bahwa sebenarnya Rohayah sangat mencintai Dokter Sukartono. Tetapi, Rohayah merasa bahwa jika ia mempunyai hubungan dengan Dokter Sukartono akan membuat citra baik Dokter Sukartono hancur, karena latar belakang Rohayah yang sebagai seorang pelacur. Rohayah tidak ingin merusak rumah tangga Dokter Sukartono. Rohayah memutuskan untuk meninggalkan tanah air dan pergi ke New Caledonia. Semenjak ditinggal oleh Sumartini dan Rohayah Dokter Sukartono tinggal sendiri dan mulai bekerja sangat keras, dalam usaha untuk mengisi kesepiannya.



Unsur Intrinsik Novel


A.    Tema
Masalah cinta sejati.
B.     Tokoh
1.      Dokter Sukartono
Watak : Suka menolong, penyayang, terlihat pada kutipan “saya akan datang menemui Anda di hotel, tolong beritahu nomer hotel Anda agar saya mudah menemui Anda di hotel tempat Anda bertempat tinggal.”
2.      Sumartini
Watak  : Keras kepala, egois, terlihat pada kutipan “Aku akan pergi ke Surabaya untuk mengabdi di panti asuhan yatim piatu.”
3.      Rohayah
Watak  : Penyayang, terlihat pada kutipan “Aku sangat mencintai Dokter Sukartono, karena sudah lama kami berteman dan bersahabat sejak kecil.”
4.      Hartono
Watak  : Baik, sabar, terlihat pada kutipan “ah, mengapa pula memikirkan yang sudah-sudah.”
5.      Nyonya Eni Rusdio
Watak  : Polos, cuek, terlihat pada kutipan “maafkan saya termenung, ada lagi orang sakit di dalam.”
6.      Karno
Watak  : Baik, terlihat pada kutipan “mengapa tuan pura-pura bertanya? Bukankah kita sudah sama-sama maklum?”


C.     Alur
Alur maju, novel ini menceritakan tahap perkenalan, tahap permasalahan, tahap klimaks, tahap peleraian, tahap penyelesaian.Dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.      Tahap permulaan (halaman 1-34)
2.      Tahap pertikaian (halaman 34-64)
3.      Tahap perumitan (halaman 65-88)
4.      Tahap puncak (halaman 89-128)
5.      Tahap peleraian (halaman 129-141)
6.      Tahap akhir (halaman 141-150)
D.    Sudut Pandang
Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga, terdapat pada kutipan “seperti biasa, setibanya di rumah lagi, Dokter Sukartono terus saja menghampiri meja kecil, di ruang tengah, di bawah tempat telepon.”
E.     Amanat
Kita harus menjadi seorang istri yang taat terhadap suami, begitu juga dengan suami harus memperhatiakan istrinya dan harus bisa menjaga keutuhan rumah tangganya.

Unsur Ekstrinsik Novel
A.    Nilai Moral
Dalam hubungan suami istri harus saling menghormati dan menghargai pasangan masing-masing, jangan pernah berkhianat terhadap orang yang telah memberikan kasih sayang yang tulus.
B.     Nilai Agama
Seorang perempuan yang sudah menikah harus bisa menjadikan suaminya sebagai pemimpin dan imam dalam rumah tangganya. Istri harus menjalankan kodratnya sebagai ibu rumah tangga walaupun dia juga bekerja. Suami juga harus bisa membawa istrinya ke jalan yang benar. Karena di dalam Islam Allah tidak suka dengan perceraian.
C.     Nilai Sosial
Sebagai makhluk sosial kita harus menjaga kehidupan bermasyarakat dan berumah tangga, karena seseorang hanya menilai dari kecantikan tidak melihat tingkah lakunya. Karena itu tidak akan ada rasa kasih sayang yang sebenarnya sehingga akan memicu ketidak harmonisan di dalam rumah tangga.



Gaya Bahasa
          Menggunakan bahasa Indonesia klasik, misalnya saja, diparagraf pertama bagian pertama novel, tertulis:“Sepertibiasa, setibanya di rumah lagi, dokter Sukartono terus sajamenghampiri meja kecil, di ruang tengah, dibawah tempat telepon.”Perbedaan zaman yang mencolok terekam dalam frasa ‘… dokter Sukartono terus saja menghampiri …’Dalam tata bahasa Indonesia modern yang menggunakan Ejaan YangDi-Sempurnakan, kata ‘terus’     diganti dengan kata‘selalu,’sehingga frasa tersebut seharusnyatertulis: ‘…dokter Sukartono selalu saja menghampiri …’

Kelebihan dan Kekurangan Novel

Ø Kelebihan :
Ø  Ceritanya cukup menarik dan menginspirasi. Sifat yang bisa diteladani dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Novel ini dapat membuat pembaca lebih aktif berpikir dan mengembangkan imajinasinya.

Ø  Membaca buku ini, kita diajak mengembara ke alam pemikiran yang luas, kedunia falsafah yang sarat makna.

Ø  Cerita yang diangkat sangat menarik dan berbeda dari karya-karya sastra Indonesia sebelumnya, yang terbatas pada tema tradisional seperti “yang baik melawan yang jahat”,Belenggu mengutamakan konflik psikis tokoh. Belenggu merupakan novel psikologis Indonesia pertama.

Ø  Pada novel ini, pengarang mampu membahas tema yang berdasarkan kenyataan sosial dan benar-benar mencerminkan permasalahan yang dihadapi orang Indonesia berpendidikan tinggi saat menghadapi kebudayaan tradisional.

Ø Kekurangan :
Ø  Pemikiran pengarang yang luas merupakan suatu kelebihan dan sekaligus satu kekurangan untuk pembaca khususnya pelajar yang masih menyukai buku yang sederhana bahasanya dan ringan ceritanya.
Ø  Bahasa yang digunakan sangat sulit dimengerti, karena menggunakan bahasa daerah. Sehingga pembaca mudah bosan pada saat membaca Novel tersebut.



      Kesimpulan

Belenggu karya Armijn Pane, merupakan novel yang penggunaan bahasanya memperlihatkan isi dan kesatuan karya dari unsur-unsur cerita. Dan penggunaan bahasa yang fungsional dan bahasa kias, menjadikan novel ini sarat akan pesan dan amanat yang tersirat dalam bahasanya. Selain itu terdapat pula pengalaman-pengalaman didalamnya, yang akan memberi dampak bagi kejiwaan seseorang dan dapat sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca karya sastra ini, membaca roman Belenggu ini akan melahirkan sebuah opini, bahwa apabila sebuah kehidupan rumah tangga yang lahir dibangun dari tiadanya rasa saling cinta antara suami-istri, maka keluarga tersebut tidak harmonis dan bahkan bisa terjadi perceraian. Hal inilah yang ditakutkan dalam kehidupan sesorang, manakala membangun rumah tangga tanpa didasari cinta antara suami isteri. Karena tidak saling mencintai, mereka tidak pernah akur, tidak saling berbicara dan bertukar pikiran. Masalah yang mereka hadapi tidak pernah dipecahkan bersama-sama sebagaimana layaknya suami istri. Masing-masing memecahkan masalahnya sendiri-sendiri, sering salah paham dan sukar bertengkar. Itulah sebabnya, banyak dimasyarakat untuk menghidari kawin paksa, kawin karena dijodohkan dan kawin tanpa dasar cinta. Karena kalau perkawinan tanpa dasar cinta akan membentuk keluarga yang tidak harmonis dan tidak bahagia. Dan orang akan menghindari hal ini sejauh-jauhnya.